Beberapa waktu ini sempat heboh beberapa orang yang hilang atau bahkan telah mengalami pencucian otak dengan mengatasnamakan gerakan NII (Negeri Islam Indonesia). Ada beberapa dari mereka yang hilang, melakukan penipuan dan merekrut teman dekatnya untuk bergabung. Bahkan tidak heran kelompok ini sudah mencapai lebih dari dua ratus ribu anggota aktif dari tingkat RT sampai Daerah.
Tidak segan mereka juga membidik anak muda termasuk mahasiswa untuk masuk ke dalam kelompok ini. Salah satu cara yang sempat booming di kalangan media ada “pencucian otak”. Proses pencucian otak sendiri bisa dilakukan dengan cara memberikan sugesti dan merubah pola pikir target mereka.
Teknik pencucian ini sangat sederhana. Jika dilihat dari kajian psikologi maka tidak akan lepas dari beberapa faktor seperti attachment (kedekatan), konformitas kelompok, pencarian identitas, penanaman mindset dan nilai-nilai moral yang mudah diterima, seperti melalui jalan agama.
Pada awalnya mereka merekrut melalui orang terdekat, dimana orang-orang inilah yang memiliki kedekatan secara emosional. Ketika seorang target telah masuk dalam sebuah kelompok maka cara yang sangat mudah merubah mindset adalah dengan memanfaatkan konformitas kelompok. Konformitas kelompok tidak hanya bertindak atau bertingkah laku seperti yang orang lain lakukan tetapi juga terpengaruh bagaimana orang lain bertindak dalam sebuah kelompok.
Beberapa rekayasa bisa dilakukan, seperti membuat sebuah forum diskusi. Dimana sebetulnya, dalam diskusi tersebut ada beberapa orang yang saling mengenal dan sengaja berpendapat yang sama. Sehingga target rekrut tidak akan membantah satu pendapat karena semua anggota dalam diskusi setuju dengan apa yang dibicarakan. Hal ini akan lebih berpengaruh ketika pendapat itu memasukkan nilai-nilai moral yang mudah diterima. Pengaruh dari konformitas kelompok ini akan dapat bekerja dengan mudah.
Bukan hanya konformitas yang digunakan, tetapi bisa juga menggunakan efek dari emosi seseorang. Ketika orang merasa senang atau tertarik, maka secara tidak sadar orang akan lebih mudah menerima sesuatu. Bahkan mereka tidak segan untuk mau melakukannya lagi. Bila dalam sebuah diskusi awal telah membawa hal yang menarik, seru, dan heboh, maka akan terjadi sebuah diskusi yang lebih intens untuk memberikan masukan nilai-nilai dari kelompok di pertemuan berikutnya.
Terikhir, satu hal yang membuat kelompok ini lebih mudah menanamkan nilai-nilai mereka, yaitu melalui kalangan remaja, termasuk mahasiswa. Sebab dalam psikologi perkembangan, mereka masih dalam masa pencarian identitas diri (jati diri). Mereka akan lebih mudah menerima dan masuk dalam sebuah kelompok yang dapat memberikan mereka sebuah keyakinan, sebagai wujud jati diri mereka.
Cara-cara seperti inilah yang sebenarnya juga ada dalam kajian ilmu psikologi. Tidak ada salahnya untuk lebih bersikap kritis dan peka terhadap suatu keadaan, dimana kita dituntut untuk lebih bersikap kritis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar